Image
  IKAN ARWANA IRIAN Sumber: https://gerava.com/ikan-arwana-irian-perawatan-ciri-ciri-harga-gambar/ Kenalkan, aku adalah Ikan Arwana Irian. Masyarakat Papua memanggilku dengan nama ikan Kaloso. Namun aku lebih terkenal dengan sebutan ikan Jardini. Nama tersebut diambil dari nama latinku yaitu Scleropages Jardinii. Aku banyak ditemukan di Papua, terlebih lagi di sungai dan rawa-rawa yang   berada di Kabupaten Merauke. Sisikku berkilauan sangat indah jika terkena cahaya dari sudut yang tepat. Karenanya, aku juga sering disebut sebagai arwana mutiara. Mulanya, aku sering ditangkap oleh nelayan penduduk Papua untuk dijadikan santapan sehari-hari. Namun karena kecantikanku, banyak orang menjadikanku ikan hias di akuarium. Semenjak menjadi ikan hias, aku banyak dicari oleh orang-orang luar daerah termasuk dari luar negeri. Permintaan sangat banyak, sedangkan populasiku semakin menurun. Hal itu menyebabkan aku menjadi hewan langka yang dilindungi. Aku hidup di perairan yang berger

 MENGENAL SOSOK PHH MUSTAPA

Oleh: Wawang Santika Agustini

Ketika mendengar nama PHH Mustapa, yang terlintas di benak saya adalah nama sebuah jalan yang berada di Bandung daerah jalan Surapati hingga Cicaheum. Saya sering melihat nama tersebut di plang jalan saat saya ke Bandung. Namun saya tidak tahu siapa sebenarnya PHH Mustapa ini. Yang ada dalam pikiran saya selama ini, bahwa pastilah beliau adalah seorang pahlawan, yang karenanya nama beliau diabadikan menjadi nama sebuah jalan. Namun saya tidak tahu pasti pahlawan apa beliau tersebut. Karena selama ini, pahlawan dari tatar Sunda yang dikenal dan sering dibahas dalam pelajaran sekolah ketika saya masih siswa adalah Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan (Pahlawan Bandung Lautan Api), dan Raden Dewi Sartika (Pahlawan Pendidikan). 

Selain nama-nama tersebut, dalam pelajaran di sekolah kurang dibahas mengenai pahlawan-pahlawan dari Tatar Sunda lainnya. Sehingga, saya ataupun mungkin orang lain juga kurang mengetahui mengenai sosok pahlawan yang bernama PHH Mustapa. Bahkan ketika bulan-bulan kemarin saya ditawari beberapa buku yang ditulis oleh Bapak E. Rokajat Asura, saya tidak memilih buku tentang PHH Mustapa. Alasan pertama adalah karena saya tertarik dengan judul buku lain. Alasan kedua adalah karena saya belum pernah mendengar tentang kepahlawanan beliau.

Minggu lalu saya membaca pengumuman mengenai lomba essay tentang PHH Mustapa yang diadakan oleh penerbit Pustaka Iman. Hal itu membuat saya searching di website untuk mengenal siapa sebenarnya PHH Mustapa. Setelah selesai satu artikel, saya mencari artikel lainnya tentang beliau. Dari satu artikel ke artikel lainnya, mencari dan mencari terus artikel tentang beliau. Satu, dua, hingga beberapa artikel saya baca. Ternyata, setelah membacanya, saya merasa ketagihan untuk membaca artikel lainnya disebabkan rasa kagum dan penasaran tentang beliau. 

Pada beberapa artikel tentang beliau, saya terkejut dengan apa yang saya dapat. Masya Allah, ternyata beliau adalah seseorang yang begitu luar biasa. Beliau adalah ulama, sufi, tokoh tasawwuf, pujangga, penghulu, sastrawan, penulis risalah keagamaan, dan pemerhati kebudayaan. Jika orang awam seperti saya mungkin biasa-biasa saja ketika mendengar nama PHH Mustapa, maka bagi para sastrawan, nama beliau adalah bukan hal asing lagi. Karya-karya beliau telah banyak diteliti oleh para cendekiawan Indonesia dan bahkan banyak yang mencari jejak karya beliau hingga ke negeri Belanda. 

Dalam salah satu artikel disebutkan bahwa Penghulu Haji Hasan Mustapa, atau yang lebih dikenal dengan sebutan PHH Mustapa, adalah sastrawan besar pertama dari Tanah Pasundan. Namun sayang sekali bahwa mungkin karena kurangnya pengenalan mengenai beliau sehingga tidak banyak orang yang mengetahui tentang kebesaran beliau.

PHH Mustapa adalah seseorang yang berilmu tinggi dalam banyak bidang ilmu. Disebutkan oleh Daeng Kanduruan Ardiwinata (Ketua Paguyuban Pasundan yang pertama) seperti dikutip oleh Ajip Rosidi, bahwa PHH Mustapa cepat menjawab pertanyaan orang lain, bisa mematahkan pertanyaan-pertanyaan orang lain secara mudah, dan sebaliknya jika beliau bertanya kepada orang lain, maka orang tersebut tidak mudah mencari jawabannya. 

Hal itu benar adanya. Itu dibuktikan dengan beberapa kejadian yang melibatkan beliau dalam penyelesaian masalah. Salah satu contohnya adalah, ketika bermukim di Mekah, beliau menyelamatkan Snouck Hurgronje dari orang-orang Arab yang mau membunuhnya. Kemudian, ketika ada ketegangan antar ulama di Garut, beliau diminta untuk pulang (saat itu beliau sedang bermukim di Mekah) untuk meredakan ketegangan tersebut. 

Selain itu, beliau juga memperlihatkan kepiawaiannya ketika menjadi Kepala Penghulu di Aceh pada tahun 1893. Pada waktu itu tidak mudah untuk menjadi Kepala Penghulu di sana. Selain menjadi pemuka agama, Kepala Penghulu juga harus bisa menyelesaikan masalah hukum. Apabila seseorang kalah dalam suatu perkara, maka penghulu akan diberondong oleh pertanyaan. Jika jawaban penghulu tidak memuaskan, maka penghulu tersebut bisa terancam. Sikap keras orang Aceh, termasuk dalam berbicara dan beradu pendapat, menjadi tantangan tersendiri bagi para penghulu yang di sana. Melihat keadaan itu, Belanda berpikir bahwa seorang penghulu di Aceh haruslah orang yang cerdas, yang pandai dalam ilmu hukum dan agama. Dan pada kenyatannya, PHH Mustapa telah membuktikan hal itu. Ia menjalankan tugasnya dengan baik dan masyarakat Aceh sangat puas dengan kinerjanya. Sebagai ungkapan terima kasih, rakyat Aceh memberinya sebidang tanah yang kemudian ia gunakan untuk membangun sebuah masjid. Dua tahun kemudian, ia pindah menjadi penghulu di Bandung hingga 23 tahun kemudian.

Itu adalah beberapa contoh saja dari sekian banyak kehebatan beliau.

Melihat kehebatan beliau dalam banyak hal, tentunya membuat banyak orang bersimpati dan kagum. Namun ada hal yang membuat beliau dianggap ‘mahiwal’ atau ‘nyleneh’ dan kontroversial. Pertama, beliau bersahabat erat dengan Snouck Hurgronje, yang padahal kita tahu bahwa Snouck Hurgronje merupakan orang Belanda yang menjadi musuh masyarakat pribumi saat itu. Tetapi beliau malah membantu Snouck dengan melakukan perjalanan keliling Jawa menemui para Kiai untuk mengetahui kehidupan Islam. Yang  kedua adalah konsepnya yang dianggap menganut ‘wahdatul wujud’, yang berarti bahwa makhluk menyatu dengan penciptanya. Kemahiwalan lainnya, dan ini yang dianggap paling ‘mahiwal’, adalah ketika proses pemakaman anaknya yang saat itu meninggal karena kecelakaan. Jika biasanya iring-iringan jenazah diiringi bacaan doa-doa, maka pemakaman anaknya diiringi music keroncong. Kebetulan anaknya yang meninggal tersebut adalah pimpinan kesenian keroncong. 

Kehebatan dan kemahiwalan PHH Mustapa berjalan beriringan. Namun yang saya bahas di sini bukanlah mengenai kemahiwalannya, melainkan kehebatannya dalam pembuatan karya sastra. 

Tadi disebutkan bahwa PHH Mustapa adalah juga sastrawan dan pujangga. Ini dibuktikan dengan banyaknya tulisan yang beliau buat. Buku-buku yang beliau tulis adalah buku-buku mengenai risalah keagamaan, buku mengenai kebudayaan Sunda, dan yang paling terkenal adalah dangding yang ia tulis sebanyak 10.000 bait.

Dangding adalah puisi yang terikat oleh baris, rima, dan suku kata. Dangding tersebut ditembangkan dalam 17 pupuh yang masing-masing pupuh memiliki ikatan yang berbeda. Satu dangding memiliki 200 bait. Satu bait terdiri dari 6 sampai 8 larik. Dan beliau membuat dangding sebanyak 10.000 bait dalam kurun waktu 3 tahun. Beliau seperti tidak kesusahan dengan pola ikatan 17 pupuh tersebut. Hebatnya lagi, dangding tersebut ditulis bukan hanya dalam basa Sunda, tapi juga campuran dengan bahasa Jawa dan Arab.

Dalam dangding tersebut, beliau menggunakan pilihan kata yang kadang diciptakan sendiri. Beliau memakai kata dengan menggunakan imbuhan yang tidak pernah digunakan sebelumnya. Beliau juga menggunakan kata ataupun imbuhan dengan bahasa Jawa dan Arab. Hal ini menunjukkan kreativitas dan kepiawaiannya dalam segi bahasa, baik itu secara lingusitik maupun sastra.

Dari segi isi, dangding tersebut adalah mengenai keagamaan dan pepatah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui dangding ini, beliau berdakwah dan memberi wejangan.

Setelah diteliti, ternyata pada zaman itu dan zaman setelahnya, tidak ada yang membuat dangding sebanyak itu dan dengan pilihan kata yang begitu cerdas. Ada juga yang pernah membuat dangding, namun jumlahnya berkisar 6000 bait saja. Masih jauh dengan pencapaian beliau yang 10.000 bait.

Bukunya pun sama. Beliau menulis banyak buku baik dalam bidang keagamaan maupun kebudayaan. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah budaya Sunda. 

Begitu banyak hal yang telah beliau lakukan dalam dunia kepenulisan. Beliau sangat berani melakukan perubahan. Itu terbukti dari tulisan-tulisannya tadi yang memuat kata-kata dan imbuhan baru. Zaman sekarang juga ada orang-orang yang membuat kata-kata baru yang merupakan bahasa gaul dan sebagian lagi masuk ke KBBI. Ternyata, PHH Mustapa sudah melakukannya sejak ratusan tahun lalu. 

Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa dalam kurun waktu 3 tahun, beliau membuat 10.000 dangding. Dangding-dangding tersebut penuh dengan metafor, purwakanti, dan kaidah puisi yang sangat rumit. Namun beliau membuatnya sebanyak 10.000 bait yang terikat oleh kaidah penulisan 17 pupuh. Ini adalah pencapaian yang begitu luar biasa. Apalagi dangding tersebut mempunyai diksi yang berbeda: berisi kata-kata dan imbuhan baru yang merupakan perpaduan Basa Sunda, Jawa, dan Arab. Beliau juga membuat buku-buku baik yang berbahasa Sunda ataupun Arab. Hal ini menunjukkan kejeniusan dan kelihaian beliau dalam bidang sastra.

Jika orang Timur Tengah mempunyai Jalaludin Rumi atau Kahlil Gibran sebagai sufistik dan ahli filsafat, maka kita mempunyai PHH Mustapa. Namun sayang karya-karya beliau tidak terbit secara besar-besaran sehingga tidak banyak yang tahu. Semoga saja ke depannya akan ada publikasi lebih lanjut mengenai karya-karya beliau yang akan bisa dinikmati khalayak ramai. Sehingga, masyarakat Indonesia akan tahu bahwa ada seorang sastrawan yang tak kalah hebatnya dengan sastrawan luar negeri.***

Daftar pustaka: 

https://www.pustakaiman.com/product/haji-hasan-mustapa-sufi-besar-tanah-pasundan/

https://youtu.be/hCOqx9GoEU8

https://majalah.tempo.co/read/selingan/140519/berburu-10-ribu-bait-warisan-hasan

https://bosscha.id/2020/01/13/sejarah-13-januari-wafatnya-hasan-mustapa-sang-ulama-dan-pujangga-sunda-yang-mahiwal/

https://historia.id/agama/articles/haji-mahiwal-hasan-mustapa-vQ29P

https://tirto.id/mencari-selatan-timur-ujung-dan-tengah-bersama-phh-mustapa-crPA

https://m.facebook.com/236611116547497/posts/tokohsunda-mengenal-tokoh-tokoh-sastra-sundasejauh-dapat-dilacak-buku-atau-penel/237155519826390/

https://www.idntimes.com/life/education/syah-deva-ammurabi/gak-disangka-ternyata-12-kosakata-gaul-ini-masuk-dalam-kbbi-c1c2

https://bincangsyariah.com/khazanah/h-hasan-mustapa-ulama-sekaligus-sastrawan-yang-dekat-dengan-snouck-hurgronje/

#PHH Mustapa


Comments

Popular posts from this blog